Antara Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Akselerasi Pemerataan
Telah 1/2 tahun pendidikan di bumi Pertiwi berlayar ditengah-tengah epidemi covid-19. Perlahan-lahan tetapi tentu, beberapa permasalahan berkaitan pengadaan akses service pendidikan lewat skema Evaluasi Jarak Jauh (PJJ) mulai mendapatkan jalan keluar.
Jenis Skill Ayam Bangkok |
Epidemi seolah telah buka "aib" muka pendidikan kita. Aib yang sangat jelas kemilaunya ialah ketimpangan service pendidikan dari sisi infrastruktur. Macam komponennya adalah ketimpangan dari bagian signal internet sampai wilayah 3T yang masih tetap seringkali mati lampu.
Tetapi, janganlah lupa juga jika di awal-awal bergulirnya evaluasi dari rumah buka "aib" kualitas pendidikan dari sisi kapabilitas guru. Beberapa guru masih di rasa sulit move on dari "pola pikir tradisionil" serta "zone nyaman" hingga PJJ demikian riskan akan kebosanan.
Kembali lagi ini ialah kewajaran. Di masa epidemi, jangankan ingin bicara mengenai penyesuaian mengajar guru di masa rutinitas baru. Melatih publik selalu untuk kenakan masker saja demikian susahnya. Walau sebenarnya, prioritas keamanannya semakin tinggi, kan?Akhirnya, terlihat titik jelas jika sebenarnya beberapa warga bumi Pertiwi masih kesusahan merealisasikan kedisiplinan.
Akhirnya, terlihat titik jelas jika sebenarnya beberapa warga bumi Pertiwi masih kesusahan merealisasikan kedisiplinan.
Tetapi di bagian pendidikan tentunya warga bukan faksi yang dipandang salah. Pendidikan serta evaluasi aktornya ialah guru, oleh karena itu faksi yang lebih dulu tersorot gerak-geriknya adalah guru.
Pada dasarnya, berikut rintangan yang kita menghadapi baik di masa epidemi atau di masa normal selanjutnya kelak. Rintangan pertama adalah kenaikan kualitas pendidikan, sedang rintangan ke-2 adalah kenaikan distribusi kualitas pendidikan supaya rata.
Ke-2 rintangan ini sebenarnya benar-benar menekan untuk diperbarui, mengingat negeri ini selekasnya ingin "tancap gas" untuk berdiri tegak memburu transformasi dan lari kuat ke arah digitalisasi.
Harus, kan? Jujur saja, kita telah jemu tersorot oleh dunia sebab kualitas pendidikan yang rendah.
Melihat saja rangking Indonesia pada penilaian Programme for International Student Asessment (PISA).
Kolase Photo: KOMPAS/Tanoto Foundation/ANTARA/Muhammad Bagus Khoir
Berdasar laporan PISA yang sudah launching pada Selasa 3 Desember 2019 lalu, score Membaca Indonesia berada di rangking 72 dari 77 negara, lalu score Matematika berada di rangking 72 dari 78 negara, serta score Sains berada di rangking 70 dari 78 negara.